Mengurai Masalah, Merenda Karya..
Eksekutif Mahasiswa dan Dewan Legislatif Mahasiswa (BEM dan DLM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Siliwangi, Kamis, 26 Mei 2011 kemarin menyelenggarakan Training Keorganisasian. Kegiatan yang lebih tepatnya ngobrol-ngobrol seputar kepemimpinan, model koordinasi antar substruktur dalam organisasi, administrasi, program kerja, keuangan organisasi dan soft skill ini menghadirkan pembicara Subhan Agung dan Rino Sundawa Putra ( keduanya dosen Ilmu Politik FISIP Universitas Siliwangi, Tasikmalaya). Kegiatan ini dibuka oleh ketua program studi Ilmu Politik Universitas Siliwangi Tasikmalaya, Akhmad Satori, M.Si.
Pembicara pertama, Subhan Agung memberikan materi tentang model dan tipikal kepemimpinan yang memungkinkan dapat diimplementasikan di BEM dan DLM kepengurusan baru tahun 2011/2012 ini. Bagaimana juga pengurus harus memperhatikan rekomendasi-rekomendasi penting hasil Musyawarah Mahasiswa, kondisi FISIP, Unsil, dan masyarakat umumnya dalam pembuatan program kerja nantinya. Disampaikan juga berbagai metode, misal SWOT dan Ansos (analisis sosial) yang bisa dijadikan tawaran metode dalam penyusunan program tersebut.
Pembicara kedua, Rino Sundawa Putra, dosen yang juga mantan aktivis BEM Universitas Siliwangi menyampaikan tentang soft skill yang seharusnya dikembangkan dan menjadi perhatian serius kepengurusan BEM dan DLM periode saat ini. Dikatakannya pula kepengurusan tidak hanya memakai logika-logika birokratis semata dalam mengembangkan organisasi. Harus dicari pendekatan lainnya semisal pendekatan pemikiran, penelurusan persepsi tentang orientasi masing-masing pengurus dan menyamakan visi misi. “Pendekatan hati” juga harus menjadi perhatian serius bagi kepengurusan. Bagaimana pengurus merasakan enjoy berada dalam organisasi, tanpa adanya unsur keterpaksaan dalam menjalankan kegiatan dan tanggung jawab organisasi. Walaupun demikian kepengurusan juga harus dinamis dan tetap semangat jika yang bekerja hanyalah orang-orang tertentu saja. Memang secara alamiah, mereka yang tidak serius tidak konsisten dalam organisasi, kemudian menempatkan kepentingannya di atas kepentingan organisasi lambat laun mereka akan tersisih dalam organisasi. Tugas pemimpin adalah terus mengkoordinasikan supaya semangat berorganisasi terus terjaga dengan pendekatan hati yang sudah disampaikan di atas.
Dari penyampaian-penyampaian pengurus terlihat berbagai opini, dari mereka yang optimis ke depannya BEM dan DLM akan lebih maju dari kepengurusan sebelumnya. Namun tidak jarang juga memunculkan pendapat dari mereka yang merasa pesimis, karena berbagai hal, semisal terlalu kuatnya tarikan kepentingan organisasi ektra kampus semisal Ormas-ormas populer yang seolah-olah mencengkram independensi BEM dan DLM. Menurut mereka organisasi-organisasi tersebut cenderung sama-sama menginginkan BEM sebagai kendaran politik mereka. Hal lainnya yang muncul adalah persoalan semangat pengurus yang lemah, masih lemahnya managerial pengurus, pengalaman yang masih minim, dikarenakan diantara beberapa pengurus merupakan mahasiswa semester awal yang masih minim pengalaman.
Untuk menjawab persoalan tersebut, salah satu pembicara, Subhan Agung menyampaikan bahwa hal tersebut semua adalah fenomena umum yang dihadapi oleh hampir keseluruhan organ kemahasiswa di Indonesia pasca jatuhnya Orba. Lembaga kemahasiswaan seolah lesu dan kehilangan semangat (ruh) gerakannya. Hal ini dimungkinkan karena gagapnya organ mahasiswa dalam merespon zaman saat ini. Common enemy yang dijadikan objek perlawanan mereka saat ini sangat multi interpretatif. Yang terjadi kemudian adalah terkotak-kotaknya gerakan mahasiswa, mereka menjadi sensistif, fanatis dan kurangnya orientasi gerakan yang kritis. mereka saat ini disibukkan dengan perang memperbanyak anggota dengan saudara gerakan mahasiswa lainnya, saling menjegal dan terkadang berhadap-hadapan dalam menyikapi isu publik. Hal ini mengkhwatirkan dan tentunya membuat gerakan tidak nyaman, apalagi jika problem tersebut terserap oleh lembaga semisal BEM. kelesuan atau lemahnya semangat, kreatifitas yang kurang dan tidak kompaknya kepengurusan akan mewarnai BEM, termasuk yang saat ini sedikit banyak dirasakan oleh BEM dan dalam FISIP Universitas Siliwangi, Tasikmalaya.
Kunci untuk menunggangi semua itu adalah kuatnya leadership pemimpin, terutama top leadership dalam mengelola konflik dan jadikan kerawan tersebut untuk berkompetisi secara fair dalam membuat dan melahirkan karya nyata yang membanggakan FISIP, Unsil apalagi masyarakat umum. Dengan perencanaan dan strategi yang by design dengan matang maka yakin ke depannya BEM dan DLM FISIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya akan semakin maju, kritis, kreatif dan inovatif ke depannya. Semoga.
Tasikmalaya, 26 Mei 2011
Subhan Agung.
No comments:
Post a Comment