Ensiklopedi Islam : Khilafah

Saturday 31 March 2012


Khilafah

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.

Khilafah (bahasa Arab: خلافة), adalah kepemimpinan, imamah, biasa juga disebut kekhalifahan. Ia merupakan satu bentuk pemerintahan Islam. Pemimpin atau ketua pemerintahannya dinamakan khalifah.
Menurut al-Quran segala sesuatu di Bumi ini termasuk daya dan kemampuan yang diperolehi seseorang hanyalah kurnia daripada Allah (swt). Allah telah menjadikan manusia sebagai khalifah atau wakil Allah (Yang Maha Memiliki) supaya mereka dapat menggunakan kurnia tersebut sesuai dengan keridhaan-Nya.
Khalifah dianggap sebagai pewaris Nabi Muhammad s.a.w. Mengikut Sunah Waljamaah, khalifah dilantik oleh rakyat atau wakilnya, sedangkah pengikut Syiahmenganggap hanya Ahlul Bait yang berhak menjadi khalifah.

Hadis Kembalinya Daulah Khilafah
Hadis Imam Ahmad juga diriwayatkan oleh Baihaqi dari Nu'man Bin Basyir;
 “ “Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
Masa kenabian itu ada di tengah-tengah kalian, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya.
Selanjutnya adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ’ala minhaj an-nubuwwah), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya.
Selanjutnya masa kerajaan yang menggigit (Mulkan ’Adhan), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya.
Setelah itu, masa kerajaan yang menyombong (Mulkan Jabariyyan), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya.
Selanjutnya adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ’ala minhaj an-nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam.”
[HR Ahmad dan Baihaqi dari Nuâman bin Basyir dari Hudzaifah]

Struktur Daulah Khilafah
Sejak kehancuran Daulah Khilafah pada 28 Rajab 1342H (3 Mac 1924), seluruh sistem pemerintahan Islam pun turut musnah. Sistem Khilafah yang selama ini telah menguasai dan memerintah hampir dua per tiga dunia kini telah lenyap. Sistem Khilafah yang telah menaungi manusia selama lebih 13 abad dan yang telah membawa rahmat ke seluruh alam, kini telah berkubur dengan runtuhnya Daulah Khilafah lebih 80 tahun yang lalu, sebuah institusi politik agung umat Islam. Justeru, generasi yang hidup selepas itu, hinggalah ke hari ini, sudah tidak lagi dapat mengetahui struktur sebenarnya Daulah Islam. Berikut adalah sturktur sistem pemerintahan Islam yang akan bangkit kembali:- [1] [2]
1. Khalifah [3]
2. Mu’awin at-Tafwidh (Pembantu Pemerintahan) [4]
3. Mu’awin at-Tanfiz (Pembantu Pentadbiran) [5]
4. Al-Wulat (wali-wali) [6]
5. Amirul Jihad (Ketua Turus Angkatan Tentera) [7]
6. Jabatan Keamanan Dalam Negeri (Da'irah Al-Amni) [8]
7. Jabatan Luar Negeri (Da'irah Al-Kharajiyah) [9]
8. Jabatan Perindustrian (Da'irah As-Sina'ah) [10]
9. Jabatan Kehakiman (Al-Qadha') [11]
10. Jentera-jentera Pentadbiran (Al-Jihaz Al-Idariy) [12]
11. Baitul Mal [13]
12. Jabatan Penerangan Da'irah Al-I'lamiy [14]
13. Majlis Umat (Majlis Syura) [15]

Sejarah
Kekhilafahan al-Rasyidin
Kekhilafahan Bani Ummaiyyah
Kekhilafahan Bani Abbasiyyah
Kekhilafahan Turki Uthmaniyyah

Hikmah

Saturday 24 March 2012


Inilah Keistimewaan Bersedekah


REPUBLIKA.CO.ID,
 Oleh: Dr HM Harry Mulya Zein
 
Inilah Keistimewaan Bersedekah
“Allah menganugerahkannya kepada orang yang berkata baik, bersedekah, berpuasa, dan shalat di kala kebanyakan manusia tidur.” (HR.At-Tirmidzi)

 
Salah satu ibadah yang dianjurkan Allah SWT adalah bersedekah, baik dikala lapang maupun dikala sempit. Sebab sedekah adalah amal kebaikan sebagaimana al-Quran surah al-A’raf ayat 16 khusus amalan sedekah dilipatkan-gandakan lagi sesuai kehendak Allah, yang kemudian ditambah lagi mendapatkan berbagai keutamaan sedekah.

Marilah kita baca hadis Rasulullah SAW; “Sesungguhnya Allah swt itu Maha Memberi , Ia mencintai pemurah  serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk.” (HR. al-Baihaqi)
Hadis di atas juga kita bisa petik hikmahnya bahwa Islam sangat membenci sifat pelit dan bakhil dan sifat suka meminta-minta. Tetapi sebaliknya seorang mukmin itu banyak memberi dan pemurah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah.”  (HR. Bukhari)

Kita sudah tidak membantah lagi tentang keistimewaan ibadah sedekah. Sejumlah cendekiawan dan ulama muslim mengatakan bahwa terdapat ratusan dalil yang menegaskan bahwa Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda dan memuliakan kaum yang bersedekah.

Mengutip kitab yang berjudul Al Inaafah Fimaa Ja’a Fis Shadaqah Wad Dhiyaafah, terdapat keutamaan bersedekah antara lain:

Pertama, sedekah dapat menghapus dosa. Pernyataan ini diperkuat dengan dalil hadist Rasulullah saw, “Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR Tirmidzi, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614).

Pengampunan dosa ini tentu saja disertai taubat sepenuh hati, dan tidak kembali melakukan perbuatan-perbuatan tercela serta terhina seperti sengaja bermaksiat, seperti korupsi, memakan riba, mencuri, berbuat curang, atau mengambil harta anak yatim.

Kedua, bersedekah memberikan keberkahan pada harta yang kita miliki. Hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah saw yang berbunyi, “Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.” (HR. Muslim).

Ketiga, Allah melipatgandakan pahala orang yang bersedekah. Hal ini sebagaimana janji Allah SWT di dalam al-Quran. “Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs; al-Hadid: 18)

Keempat, terdapat pintu surga yang hanya dapat dimasuki oleh orang yang bersedekah. Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga.

“Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.”  (HR Bukhari).

Dan terakhir, orang yang sering bersedekah dapat membebaskan dari siksa kubur. Rasulullah saw bersabda, “Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur.” (HR Thabrani)
Sumber ; Republika.co.id

Tokoh Islam


Shalahuddin Al-Ayubi 

Shalahuddin Al-Ayubi terlahir dari keluarga Kurdish di kota Tikrit (140km barat laut kota Baghdad) dekat sungai Tigris pada tahun 1137M. Masa kecilnya selama sepuluh tahun dihabiskan belajar di Damaskus di lingkungan anggota dinasti Zangid yang memerintah Syria, yaitu Nur Ad-Din atau Nuruddin Zangi.

Salahudin Al-Ayubi atau tepatnya Sholahuddin Yusuf bin Ayyub, Salah Ad-Din Ibn Ayyub atau Saladin/salahadin (menurut lafal orang Barat) adalah salah satu pahlawan besar dalam tharikh (sejarah) Islam. Satu konsep dan budaya dari pahlawan perang ini adalah perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang kita kenal dengan sebutan maulud atau maulid, berasal dari kata milad yang artinya tahun, bermakna seperti pada istilah ulang tahun. Berbagai perayaan ulang tahun di kalangan/organisasi muslim sering disebut sebagai milad atau miladiyah, meskipun maksudnya adalah ulang tahun menurut penanggalan kalender Masehi.

Selain belajar Islam, Shalahuddin pun mendapat pelajaran kemiliteran dari pamannya Asaddin Shirkuh, seorang panglima perang Turki Seljuk. Kekhalifahan. Bersama dengan pamannya Shalahuddin menguasai Mesir, dan mendeposisikan sultan terakhir dari kekhalifahan Fatimid (turunan dari Fatimah Az-Zahra, putri Nabi Muhammad SAW).

Dinobatkannya Shalahuddin menjadi sultan Mesir membuat kejanggalan bagi anaknya Nuruddin, Shalih Ismail. Hingga setelah tahun 1174 Nuruddin meninggal dunia, Shalih Ismail bersengketa soal garis keturunan terhadap hak kekhalifahan di Mesir. Akhirnya Shalih Ismail dan Shalahuddin berperang dan Damaskus berhasil dikuasai Sholahuddin. Shalih Ismail terpaksa menyingkir dan terus melawan kekuatan dinasti baru hingga terbunuh pada tahun 1181. Shalahuddin memimpin Syria sekaligus Mesir serta mengembalikan Islam di Mesir kembali kepada jalan Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Dalam menumbuhkan wilayah kekuasaannya Shalahuddin selalu berhasil mengalahkan serbuan para Crusader dari Eropa, terkecuali satu hal yang tercatat adalah Shalahuddin sempat mundur dari peperangan Battle of Montgisard melawan Kingdom of Jerusalem (kerajaan singkat di Jerusalem selama Perang Salib). Namun mundurnya Sholahuddin tersebut mengakibatkan Raynald of Châtillon pimpinan perang dari The Holy Land Jerusalem memrovokasi muslim dengan mengganggu perdagangan dan jalur Laut Merah yang digunakan sebagai jalur jamaah haji ke Makkah dan Madinah. Lebih buruk lagi Raynald mengancam menyerang dua kota suci tersebut, hingga akhirnya Shalahuddin menyerang kembali Kingdom of Jerusalem di tahun 1187 pada perang Battle of Hattin, sekaligus mengeksekusi hukuman mati kepada Raynald dan menangkap rajanya, Guy of Lusignan.

Akhirnya seluruh Jerusalem kembali ke tangan muslim dan Kingdom of Jerusalem pun runtuh. Selain Jerusalem kota-kota lainnya pun ditaklukkan kecuali Tyres/Tyrus. Jatuhnya Jerusalem ini menjadi pemicu Kristen Eropa menggerakkan Perang Salib Ketiga atau Third Crusade.

Perang Salib Ketiga ini menurunkan Richard I of England ke medan perang di Battle of Arsuf. Shalahuddin pun terpaksa mundur, dan untuk pertama kalinya Crusader merasa bisa menjungkalkan invincibilty Sholahuddin. Dalam kemiliteran Sholahuddin dikagumi ketika Richard cedera, Shalahuddin menawarkan pengobatan di saat perang di mana pada saat itu ilmu kedokteran kaum Muslim sudah maju dan dipercaya.

Pada tahun 1192 Shalahuddin dan Richard sepakat dalam perjanjian Ramla, di mana Jerusalem tetap dikuasai Muslim dan terbuka kepada para peziarah Kristen. Setahun berikutnya Shalahuddin meninggal 
dunia di Damaskus setelah Richard kembali ke Inggris. Bahkan ketika rakyat membuka peti hartanya ternyata hartanya tak cukup untuk biaya pemakamannya, hartanya banyak dibagikan kepada mereka yang membutuhkannya.

Data lengkap tentang King Salahudin Al-Ayubi
Memerintah 1174 M. – 4 Maret-1193 M.
Dinobatkan 1174 M.
Nama lengkap Yusuf Ayyubi
Lahir 1138 M. di Tikrit, Iraq
Meninggal 4 Maret-1193 M. di Damaskus, Syria
Dimakamkan Masjid Umayyah, Damaskus, Syria
Pendahulu Nuruddin Zengi
Pengganti Al-Aziz
Dinasti Ayyubid
Ayah Najmuddin Ayyub


Selain dikagumi Muslim, Shalahuddin atau Saladin/salahadin mendapat reputasi besar di kaum Kristen Eropa, kisah perang dan kepemimpinannya banyak ditulis dalam karya puisi dan sastra Eropa, salah satunya adalah The Talisman (1825) karya Walter Scott.
Masa lalu memang tidak mudah pergi meskipun kita seperti tak ingin menengoknya. Bahkan di salah satu tembok Masjid Umayyah yang dulu adalah Katedral Yahya Pembaptis yang dipermak jadi masjid yang indah di tahun 700-an itu, seorang sejarawan masih menemukan sisa inskripsi ini: "Kerajaan-Mu, ya, Kristus, adalah kerajaan abadi...."

Tapi jika masa lalu tak mudah pergi, dari bagian manakah dari Saladin yang akan datang kepada kita kini? Dari ruang makamnya yang kusam, mitos apa yang akan kita teruskan? Kisah Saladin adalah kisah peperangan. Dari zamannya kita dengar cerita dahsyat bagaimana agama-agama telah menunjukkan kemampuannya untuk memberi inspirasi keberanian dan ilham pengorbanan - yang kalau perlu dalam bentuk pembunuhan.

Tapi sebagian besar kisah Saladin - yang tersebar baik di Barat maupun di Timur dari sejarah Perang Salib yang panjang di abad ke- 12 itu - adalah juga cerita tentang seorang yang pemberani dalam pertempuran, yang sebenarnya tak ingin menumpahkan darah. Saladin merebut Jerusalem kembali di musim panas 1187. Tapi menjelang serbuan, ia beri kesempatan penguasa Kristen kota itu untuk menyiapkan diri agar mereka bisa melawan pasukannya dengan terhormat. Dan ketika pasukan Kristen itu akhirnya kalah juga, yang dilakukan Saladin bukanlah menjadikan penduduk Nasrani budak-budak. Saladin malah membebaskan sebagian besar mereka, tanpa dendam, meskipun dulu, di tahun 1099, ketika pasukan Perang Salib dari Eropa merebut Jerusalem, 70 ribu orang muslim kota itu dibantai dan sisa-sisa orang Yahudi digiring ke sinagog untuk dibakar.
"Anakku," konon begitulah pesan Sultan itu kepada anaknya, az-Zahir, menjelang wafat, "...Jangan tumpahkan darah... sebab darah yang terpercik tak akan tertidur."
Dalam hidupnya yang cuma 55 tahun, ikhtiar itulah yang tampaknya dilakukan Saladin. Meskipun tak selamanya ia tanpa cacat, meskipun ia tak jarang memerintahkan pembunuhan, kita toh tahu, bagaimana pemimpin pasukan Islam itu bersikap baik kepada Raja Richard Berhati Singa yang datang dari Inggris untuk mengalahkannya. Ketika Richard sakit dalam pertempuran, Saladin mengiriminya buah pir yang segar dingin dalam salju, dan juga seorang dokter. Lalu perdamaian pun ditandatangani, 1 September 1192, dan pesta diadakan dengan pelbagai pertandingan, dan orang Eropa takjub bagaimana agama Islam bisa melahirkan orang sebaik itu.
Kita sekarang juga mungkin takjub bagaimana masa lalu bisa melahirkan orang sebaik itu. Terutama ketika orang hanya mencoba menghidupkan kembali apa yang gagah berani dari abad ke- 12 tapi meredam apa yang sabar dan damai dari sebuah zaman yang penuh peperangan. Tapi pentingkah sebenarnya masa silam?
Dari makam telantar orang Kurdi yang besar itu, suatu hari di tahun 1970-an, saya kembali ke pusat Damaskus, lewat lorong bazar yang sibuk di depan Masjid Umayyah. Kota itu riuh, keriuhan yang mungkin tanpa sejarah.


Ref : 
http://yulian.firdaus.or.id/
http://m0emets.blogspot.com/2007/11/salahudin-al-ayubi.html

Hikmah

Thursday 8 March 2012


Cara Mengubah Perilaku


REPUBLIKA.CO.ID,  
Oleh: Prof Dr Achmad Satori Ismail

Tugas utama Rasulullah SAW adalah mengubah umat manusia menjadi insan ‘abid, saleh, dan mushlih (mampu melakukan perbaikan). Fokus pembinaannya dalam empat hal, yaitu menanamkan akidah, penyucian jiwa, mengajarkan Alquran dan hadis, serta membina keterampilan umat (QS al-Jumuah: 2). 

Beliau telah melakukan tugasnya dengan sempurna sehingga generasi sahabat adalah generasi terbaik sebagaimana disabdakan, “Sebaik-baik abad adalah abad generasiku.’’ (HR Al Bukhari dan Ibnu Hibban). (Lihat QS at-Taubah: 100).  Dalam memperbaiki perilaku bangsa Arab jahiliah, Rasulullah menggunakan beberapa cara mujarab. 

Pertama, mengokohkan keimanan dan beribadah kepada Allah SWT. Keimanan ini akan menghasilkan ketenangan jiwa dan bertawakal kepada-Nya merupakan sendi untuk menjadikan hidup kita dalam kerangka ibadah kepada-Nya (lihat QS adz-Dariyat 56). Corak kehidupan Muslim seperti ini dijelaskan dalam QS al-An’am ayat 162. 

Kedua, menanamkan ketakwaan dan memperbanyak zikrullah. Rasul bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada (HR Ahmad dan Turmudzi) dan beliau menjelaskan bahwa tempat takwa adalah hati (HR Muslim). Ketakwaan akan mengingatkan kita saat digoda iblis (QS al-A’raf 201).

Bila ketakwaan sudah menguasai hati, akhlak seseorang akan menjadi sangat mulia. Ketiga, menanamkan keikhlasan dalam semua perbuatan. Allah menegaskan hal ini dalam QS az-Zumar ayat 1 dan al-Bayyinah ayat 5. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya amal  itu tergantung niatnya.’’(HR Bukhari).

Beliau juga menyuruh kita agar mewaspadai riya seraya bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku takuti pada kamu sekalian adalah syirik kecil. Mereka bertanya, ‘apakah syirik kecil itu?’ Beliau menjawab, ‘riya’.” (HR Ahmad). Keempat, zuhud dan selalu mengingat akhirat. 

Rasulullah mengingatkan para sahabat dengan akhirat dan menganjurkan agar merenggangkan diri dari dunia. Beliau bersabda, “Perbanyaklah menyebut penghancur kenikmatan, yakni kematian (HR Turmudzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah). Kelima, Rasulullah mendidik para sahabat untuk mencintai ilmu dan mempelajarinya. 

Abu Abdurrrahman as-Sulami berkata, “Sahabat-sahabat Nabi yang membacakan Alquran kepada kami meriwayatkan bahwa mereka mempelajari 10 ayat dari Nabi dan belum mengambil 10 ayat yang lainnya sebelum memahami dan mengamalkannya. Lalu mereka berkata, “Kami mengetahui dulu ilmunya, lalu mengamalkannya.’’ ( HR Ahmad dan lainnya).

Keenam, memberikan teladan yang baik dan selalu paling terdepan mempraktikkan akhlak mulia sesuai dengan firman Allah dalam QS al-Ahzab:21 sebagai teladan beliau berada di atas akhlak yang agung (QS al-Qalam: 4). Ketujuh, menanamkan kebebasan dan sikap yang positif. 

Nabi bersabda, “Janganlah kamu menjadi orang plinplan lalu berkata, bila manusia baik, maka kami ikut baik, dan bila mereka zalim, kami pun ikut. Akan tetapi, bentengilah dirimu, bila manusia baik, kamu harus berbuat baik, dan bila mereka jahat, janganlah ikuti kejahatan mereka.’’(HR at-Turmudzi). 

Kedelapan, memperhatikan kejiwaan orang yang mau diubah dan hal ini dilakukan secara berkesinambungan. Beliau selalu berbicara dengan setiap orang sesuai dengan kondisi mukhothob. Kesembilan, mengikutsertakan orang lain dalam melakukan perubahan dan menyiapkan ahli di bidang  tertentu.  

Rasulullah pernah bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.’’ (HR al-Bukhari). Hadis ini menegaskan bahwa kewajiban untuk menyampaikan ajaran Alquran bukan hanya bagi Rasulullah, melainkan setiap Muslim wajib menyampaikannya. Kesepuluh, bervariasi dalam cara mengubah, seperti dengan membuat perumpamaan, bercerita, diskusi, ataupun menggambar agar tidak muncul kebosanan dalam diri para sahabat.  Semoga kita bisa meneladani Rasulullah.
Sumber : Republika.co.id
Gambar : pramukamandiri.com

Seminar Nasional Otonomi Daerah

Thursday 1 March 2012


OTONOMI DAERAH DALAM PERSPEKTIF
PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA


Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa kesadaran hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, masyarakat/rakyat Indonesia dewasa ini mengalami kemunduran. Hal ini dapat dilihat pada fenomena yang berkembang dalam masyarakat seperti; berkembangnya emosi kedaerahan, yang dipicu oleh kesalah fahaman dalam memaknai dan penerapan kearifan lokal dalam rangka implementasi otonomi daerah, contoh dari fenomena seperti tersebut, adalah bentuk konflik horizontal yang kian marak di berbagai daerah. Penerapan otonomi daerah belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berakibat timbulnya kekecewaan rakyat di daerah. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah seperti peraturan daerah yang hanya mengedepankan aspek pendapatan asli daerah, tapi mengabaikan aspek sosial budaya (kearifan lokal) dan tatanan kehidupan masyarakat menjadi pemicu munculnya berbagai masalah di daerah. Perilaku para elit politik yang dinilai kurang proporsional  dalam menjabarkan kebijakan yang menyimpang dari tujuan yang tertera dalam Pembukaan UUD 1945, mengakibatkan sifat keacuhan masyarakat terhadap pembangunan, utamanya dalam memperkokoh wawasan kebangsaan.
Disamping itu, pengaruh globalisasi yang mengusung nilai kebebasan yang individualistik mendorong berkembangnya sikap pragmatik, konsumeristik, materialistik, hedonistik, yang mengabaikan nilai-nilai luhur bangsa seperti gotong royong, kekeluargaan, kerukunan dan kebersamaan sebagai pencerminan wawasan kebangsaan. Tidak merasa bangga terhadap prestasi anak bangsa dalam berbagai segi, seperti di bidang olah raga, pendidikan, karya teknologi, dsb. Daerah perbatasan yang kurang mendapat perhatian dari pusat maupun daerah yang mengakibatkan perbedaan kesejahteraan yang sangat tidak seimbang. Pencurian kekayaan alam baik di darat maupun di laut yang sangat merugikan masyarakat dan berakibat merosotnya pendapatan masyarakat. Keadilan di berbagai bidang kehidupan yang menjadi dambaan masyarakat belum dapat terwujud sebagai akibat belum terseleng-garanya penegakan hukum dengan semestinya. Dan yang seringkali memicu konflik di berbagai daerah adalah Pemilukada tingkat Provinsi maupun kabupaten/kota di tanah air, sehingga dipandang perlu untuk ditinjau dan dikaji ulang regulasi dan proses demokratisasi pemilihan kepala daerah, karena proses pemilukada di berbagai daerah berdampak buruk pada tatanan manajemen otonomi daerah.
Fenomena tersebut di atas menunjukkan bahwa kemunduran wawasan kebangsaan sudah merupakan realitas dan perlu penanganan segera dengan kesungguhan hati agar dapat membangkitkan kembali wawasan kebangsaan masyarakat dengan pendidikan karakter bangsa disemua tingkatan/lapisan masyarakat, baik secara formal, informal maupun dalam bentuk non formal. Oleh karenanya kewenangan otonomi daerah perlu diarahkan pada tatanan kehidupan masyarakat di daerah dalam hubungannya dengan pembentukan karakter bangsa di tingkat daerah.
Karakter sering diberi padanan kata watak, tabiat, perangai atau akhlak. Dalam bahasa Inggris character diberi arti a distinctive differentiating mark, tanda yang membedakan secara khusus. Karakter adalah keakuan rohaniah, het geestelijk ik, yang nampak dalam keseluruhan sikap dan perilaku, yang dipengaruhi oleh bakat, atau potensi  dalam diri dan lingkungan. Karakter juga diberi makna the stable and distinctive qualities built into an individual’s life which determines his response regardless of circumstances. Dengan demikian karakter adalah suatu kualitas yang mantap dan khusus, sebagai pembeda, yang terbentuk dalam kehidupan individu yang menentukan sikap dalam mengadakan reaksi terhadap rangsangan dengan tanpa terpengaruh oleh situasi lingkungan. Karakter terbentuk oleh faktor endogeen atau dalam diri dan faktor exogeen atau luar diri. Sebagai contoh rakyat Indonesia semula dikenal bersikap ramah, memiliki hospitalitas yang tinggi, suka membantu dan peduli terhadap lingkungan, dan sikap baik yang lain; dewasa ini telah luntur tergerus arus global, berubah menjadi sikap yang kurang terpuji, seperti egois, mementingkan diri sendiri, mencaci maki pihak lain, mencari kesalahan pihak lain, tidak bersahabat dan sebagainya. Hal ini mungkin saja didorong oleh keinginan untuk bersaing sebagai salah satu kompetensi yang harus dikembangkan dalam era globalisasi. Karakter dapat berubah akibat pengaruh lingkungan, oleh karena itu perlu usaha membangun karakter dan menjaganya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang menyesatkan dan menjerumuskan.
Ada ahli yang berpendapat bahwa manusia bersifat unik, tercipta dalam perbedaan individual, nampak dalam tingkat kecerdasan, dalam kemampuan ungkapan emosional dan manifestasi kemauan. Manusia juga dibekali oleh Tuhan dengan kemampuan untuk membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, meski ukuran benar-salah dan baik-buruk mengalami perkembangan sesuai dengan pertumbuhan yang dialami oleh manusia dan tantangan zamannya. Dengan demikian moral dan karakter pada manusia melekat secara kodrati, namun selalu mengalami perkembangan sesuai dengan pertumbuhan dan tantangan yang dihadapi. Karakter membentuk ciri khas individu atau entitas, suatu kualitas yang menentukan suatu individu atau entitas, sedemikian rupa sehingga diakui sebagai suatu pribadi yang mem-bedakan dengan individu atau entitas lain. Kualitas yang menggambarkan suatu karakter bersifat unik, khas, yang mencerminkan pribadi individu atau entitas dimaksud, yang akan selalu nampak secara konsisten dalam sikap dan perilaku individu atau entitas dalam menghadapi setiap permasalahan.
Di atas telah dikemukakan bahwa pendekatan yang ditempuh dalam rangka membina karakter bangsa dengan cara membangun karakter setiap manusia Indonesia. Dalam rangka membangun jatidiri manusia Indonesia akan menyentuh tiga dimensi yakni dimensi pribadi, dimensi warganegara, dan dimensi tenaga pembangunan dalam mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya, yakni Manusia Pancasila. Untuk itulah perlu difahami karakter manusia sebagai pribadi, sebagai warganegara dan sebagai tenaga pembangunan. Pembangunan karakter bangsa diarahkan untuk mewujudkan karakter tiga dimensi tersebut dalam implementasi otonomi daerah dalam arti luas.
 

Most Reading